Dubes Qatar Resmikan Pusat Pelatihan Bagi TKI Bermasalah
JUM'AT, 29 DESEMBER 2017 , 03:50:00 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
Foto/KBRI Doha
RMOL. Duta Besar Indonesia untuk Qatar Marsekal Madya TNI (Purn) Muhammad Basri Sidehabi memanfaatkan momen perayaan International Migrant Day dengan meresmikan Training Centre MIQASIA (Migran Qatar Indonesia) pada tanggal 28 Desember 2017. Pusat pelatihan ini ditujukan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) bermasalah yang berada di shelter KBRI Doha.
![]() |
Mantan Irjen TNI itu mengutarakan bahwa pelatihan ini juga untuk mengisi waktu bagi para migran yang umumnya didominasi tenaga kerja wanita, sambil menunggu dipulangkan dan sekaligus wujud dari bentuk perhatian pemerintah terhadap migran di luar negeri. Diharapkan agar para migran itu merasakan keberadaan pemerintah dan sekaligus agar migran memiliki bekal di Tanah Air dan tidak kembali ke Qatar sebagai pekerja domestik.
Mantan Anggota DPR RI tersebut menjelaskan bahwa jumlah PMI di Qatar sekitar 40 ribu, 10 ribu adalah tenaga kerja terampil dan sisanya 30 ribu tenaga kerja infomal.
"Sekitar 0,4 persen dari total jumlah PMI yang mengalami masalah di Qatar," ujar Dubes Basri seperti keterangan resmi KBRI Doha.
Menurut pejabat KBRI Doha, Boy Dharmawan, meski telah diberlakukan kebijakan moratorium pengiriman PMI informal ke kawasan Timur Tengah khususnya Qatar sejak Mei 2015, namun pada kenyataannya masih banyak PMI Informal masih berdatangan ke Qatar.
Ditambahkan Atase Ketenagakerjaan KBRI Doha, Muhammad Yusuf, pendirian Sangar Miqasia merupakan inisitif dari Andi Una, Ketua DWP KBRI Doha. Pelatihan ini merupakan bagian dari wujud empatinya terhadap penderitaan yang dialami para PMI, pahlawan devisa yang mempertaruhkan nyawa guna menghidupi keluarganya di Tanah Air.
Yusuf menambahkan bahwa salah satu hak pekerja migran adalah mendapatkan akses peningkatan kapasitas disi melalui pendidikan dan latihan.
"Hal ini berdasarkan UU 18/2017," papar pejabat yang baru lima bulan bekerja di Qatar. Ditambahkannya, program pelatihan untuk 2018 antara lain meliputi tata busana, tata boga dan handicraft.
Para PMI belajar keterampilan dari para pelatih profesiaonal termasuk diantaranya ibu-ibu DWP yang beberapa diantaranya memiliki keahlian. Una mengutarakan bahawa sangar ini juga merupakan salah satu wujud solidaritas terhadap PMI di penampungan agar merasakan rasa persaudaraan.
"Ini merupakan wujud dari pemberdayaan pemerintah sekaligus menghargai perjuangan TKI dalam mencari nafkah di luar negeri," ungkapnya.
Salah seorang PMI asal Kabupaten Bogor, Momo mengaku merasa senang adanya pelatihan ini. "Semoga bisa berkreasi," ujarnya. Seorang PMI lainnya bernama Sani mengharapkan pelatihan dapat menjadikannya trampil agar menjadi modal kerja di kampung.
PMI lainnya bernama Tati merasakan suasana kekeluargaan selama di penampungan. "Mudah-mudahan ilmunya bermafaat di kampung," ungkap Ibu tiga anak asal Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ketika ditanyakan perasaannya mengenai program pelatihan di penampungan sambil menunggu pemulangan.
Demikian halnya dengan harapan seorang PMI asal Kabupaten Kerawang, Rini. " Saya berharap untuk mudah-mudahan lebih maju lagi kedepannya," cetusnya. [rus]
Komentar Pembaca
Ceramah Amien Rais Digugat, Sandiaga Uno: B..
RABU, 25 APRIL 2018
Pesaudaraan Alumni 212 Jelaskan Maksud Pert..
RABU, 25 APRIL 2018
Fadli Zon: Politik Identitas Halal, Konyol ..
RABU, 25 APRIL 2018
Philip Widjaja: Kekuatan Indonesia Bukan Se..
RABU, 25 APRIL 2018
Rizal Ramli Didzolimi Jokowi?
RABU, 25 APRIL 2018
Gatot Nurmantyo: Tapi Dalam Hatinya, Kapan ..
RABU, 25 APRIL 2018